Follow Me

Jangan Menghalangiku! Aku sendiri Tak Tahu Kemana Kakiku Akan Melangkah!

26 February 2014

Timberlake, Holy Grail


You take the clothes off my back
And I let you…..You steal the food right out of my mouth
And I watch you eat it
I still don't know why
Why our love is so much
Ohhh…..You curse my name
In spite to put me to shame
Air all my laundry in the streets
Dirty or clean
Give it up for fame
But I still don't know why
Why I love it so much

And baby
It's amazing I'm in this maze with you
I just can't crack your code
One day you screaming you love me loud
The next day you're so cold
One day you here, one day you there, one day you care
You're so unfair 
Sipping from your cup 'till it runneth over
Holy Grail

20 February 2014

Kamu (masih) candu



Project baru bersama Dea dan Bella, menulis cerita fiktif. Sebenarnya aku tak tahu mau menulis apa, hanya saja yang namanya imajinasi selalu menyusup di sela-sela memori otak yang diciptakan Tuhan.

Kamu (masih) candu.
Oleh: Yenny Annisa

            Dua bola mata yang sama. Senyum manis yang sama. Alis hitam tebal yang sama. Tatanan rambut yang sama. Bahkan aroma tubuh yang belum juga berubah. Semuanya sama. Masih sama. Dan aku juga tak ingin semuanya berubah.
            Aku memperhatikan lekat-lekat setiap pergerakan pemilik kumis tipis dengan janggut yang masih memanjang di dagu runcingnya. Dia sibuk menghabiskan segelas jus tomat yang dicampur dengan wortel, favoritnya.
            “Kenapa ngeliatin?” tanyanya merasa ada yang memperhatikannya sejak tadi.
            Aku tersenyum sembari menggelengkan kepala perlahan.
            Aku perlu banyak alasan mengapa aku selalu melihatnya secara detail karena aku suka, aku menyayanginya.
*****
            Aku menatap ponsel yang sejak tadi tak bergeming sedikitpun. Masih juga sama, selalu seperti ini. Berulang kali aku mengecek inbox bahkan laporan pengiriman pesan terakhir yang aku kirimkan, tak kunjung ada balasan untuk jam-jam berikutnya. Aku tetap menunggu, meskipun dengan hati dongkol.
            “Ngilang lagi…”
            Sudah sekian lama ini terjadi dan bertubi-tubi membuatku enggan sendiri. Meskipun pada akhirnya tetap ada balasan dan membuatku tersenyum lagi. Entah ada racun bahagia macam apa yang diciptakan menyusup ke dalam deretan huruf yang dikirimkannya. Tak banyak, singkat, padat, kadang jelas dan kadang nggak jelas sama sekali. Dia selalu mengirimkan pesan sesuai dengan apa yang kutanyakan, to the point. Terkadang itu membuatku kesal sendiri, merasa kalau itu adalah bukan feedback yang diharapkan sebenarnya. Aku ingin yang lebih, lebih, dan lebih. Layaknya drama korea yang aktornya memang cuek tapi romantis. Memang, drama korea mengaburkan mata dalam segala hal, dalam hal lelaki misalnya.
            “Kemana aja seharian?” tanyaku pada sesorang di seberang yang entah sedang berbuat apa.
            “Maaf ya sayang, tadi sibuk banget aku…”
            “Kenapa sih sayang nggak pernah ngabarin kalo mau sibuknya lama. Seneng banget bikin aku nunggu. Ya kalo emang sibuk kabarin aku dong, aku sibuk yaang sebentar yaaa. Ato apa gitu kek yang lain. Mesti langsung asal ninggal, nggak tau apa kalo ada yang nungguin daritadi?” entah emosi macam apa yang aku keluarkan semua.
            “Ya maaf sayang tadi nggak sempet..” suaranya memelas, berusaha meredakan emosiku yang mulai meledak.
            “Nggak sempet gimana? Ngetik SMS sebentar aja masa nggak sempet?” aku tetap mempertahankan argumenku.
            “Apa setiap hal yang aku lakuin harus aku kabarin ke kamu?” nada bicaranya meninggi.
            Aku terhenyak. “Iyalah. Biar aku nggak nunggu kamu.”
            “Siapa yang suruh nunggu aku?”
            “Aku sukanya nunggu!”
            “Yaudah tunggu aja kalo gitu!”
            Tut…tut…tut… aku terdiam. Tanpa terasa air mata mengalir perlahan membasahi pipi. Entah apa yang ada dipikirannya hingga memberi kabar bukan merupakan hal yang penting baginya. Anehnya juga dia marahnya seperti ini, biasanya juga nggak pernah marah. Padahal, awalnya niat aku yang ngambek malah dia yang ngambek duluan.
            Untuk mengusir rasa jengkelku, aku membuka tab=tab baru Chrome. Twitter. Berterimakasihlah pada Jack Dorsey yang telah memiliki ide yang luar biasa telah menciptakan media sosial yang seperti ini. Setelah membalas mention-mention candaan bersama teman yang lain, tiba saatnya dimana sudah tak ada lagi yang bisa dikerjakan dengan media berlogo burung ini. Stalking! Yak! Hal rutin yang kulakukan di saat memang sudah tak ada lagi yang bisa dikerjakan. Mulai dari artis luar, artis dalam negeri, temen paling cantik, ganteng, mantan sendiri, mantannya pacar, mantan-mantan pacar-temennya-temen, sampe pacar sendiri tak pernah absen dalam daftar simpanan pencarian.
            Sayangnya dia tak pernah aktif dalam twitter. Aku pernah menanyakan hal ini, di saat teman yang lain sibuk mention-mentionan sama pacar tercintanya, aku hanya bisa mupeng. Pengin gitu rasanya mention-mentionan sm pacar. Memang sih terkadang kita menganggap itu ih pacaran kok di sosial media. Coba deh rasakan rasanya di mention sama pacar sendiri, pasti beda. Dan kalian tahu dia jawab apa saat kita membahas hal ini? Twitter cuman tulisan, nggak ada game-nya. Badanku lemas seketika menerima respon yang kurang diharapkan, tak diharapkan bahkan.
            Aku menatap nanar jendela kamar yang masih terbuka. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Sebenarnya apa sih yang salah sampai selalu seperti ini? Aku? Atau dia? Memang, aku selalu menuntutnya untuk menjadi sosok yang lebih dan lebih, bahkan aku tidak pernah memikirkan bagaimana dia menilaiku. Memangnya aku sempurna? Bisa saja dia lebih muak dengan segala sikapku?
            Aku melirik ponsel di sebelahku,, tak ada tanda-tanda akan datangnya sebuah pesan atau telepon masuk darinya. Mungkin dia marah, dia enggan, atau bahkan tidak peduli denganku.
            “Halo…” ujarku lirih setelah menanti nada sambung yang sekian lama be-tut-tut ria.
            “Ya?”
            “Marah ya?”
            “Aku udah paham banget kamu kayak gitu.”
            “Maaf yaa sayang.”
            “Buat?”
            “Udah bikin sayang marah. Aku nggak gitu lagi deh..” ujarku mengumbar janji yang sekian kali kuucapkan dan sekian kali pula kulanggar.
            “Iyaaa sayaaang..”
            Aku tau dia memang tak pernah marah padaku. “Makasih sayang. I love you.”
            “I love you too.”
            Aku tau kalau dia begitu paham denganku, aku yang sama sekali nggak bisa ditinggal contohnya. Hanya saja dia selalu melakukan hal-hal yang membuatku selalu menunggu, menunggunya untuk kembali dekat denganku. Aku takut kehilangannya.
            Dia yang jarang menyapaku dalam twitter, jarang membalas pesan dalam waktu cepat, jarang meneleponku, jarang mengajakku keluar duluan, jarang menarik tanganku dan menggenggamnya dengan erat, jarang menggandeng tanganku duluan, tak pernah merengkuh pundakku, tak pernah memberiku bunga, tak pernah memberiku surprise kecil, tak pernah menyempatkan waktu mengirim kabar saat sudah sibuk dengan dunianya, tak pernah berinisiatif memberiku permen, eskrim, atau apapun di kala aku gondok, tak pernah.
            Aku tau betapa jauhnya dia dari yang kuharapkan. Namun……kamu candu. Kamu masih candu. Selalu menjadi candu. Dan aku mencanduimu. Selalu.
           

03 February 2014

Sipit On Vacation : Malang part 2


Liburan kali ini lagi-lagi ke Malang, namun dengan tujuan yang berbeda
liburan kali ini dilakukan pada tanggal 30 Januari - 1 Februari 2014
Kita tak lagi menggunakan motor sebagai alat transportasi, melainkan naik mobil :D
horaaaay!

Day 1
Hanya saja pak bos (kembon) minta dijemput di Surabaya, gerbang ITS tepatnya

 take a picture dulu otw menjemput pak bos

ceritanya liburannya cuman berenam, aku, mida, galuh, ojek, aji, dan pak bos (kembon)


 pak bos mulai nyempil di tengah

Sesampainya di kediaman pak bos yang ada di river side, arjosari pukul 4 sore
kita semua istirahat terlebih dulu melihat kondisi kembon yang sepertinya kurang sehat
baru lanjut lagi menuju ke pos ketan yang ada di alun-alun batu pukul 8 malam


 
narsis dulu :))

Jadwal hari pertama segitu dulu, malamnya makan di ceker depan carefour kemudian pulang, rumpik.


Day 2

Rencana hari kedua yaitu bertemu dengan laut
ya! PANTAAAAAAIIII.........

berangkat kesiangan, jam 11 siang karena enggan untuk bangun pagi


 narsis dulu, tetep

 persahabatan bagai kepompong :))

  
 rahasia kita terdalam adalah.......TONGSIS!!! Tongkat Narsis
tongsis sangat membantu kita semua dalam bernarsis ria
terima kasih buat mbaknya ojek yang telah meminjami kami dengan tongsis ajaibnya
:****

Berangkat Pantai....
karena hari ini hari Jumat jadi berhenti dulu di masjid buat jumatan
sembari nunggu, aku, galuh, mida narsis bareng deh di mobil



Kemudian lanjut lagi perjalanan panjang...
oke, Pantai Gua Cina, sampai juga pukul 4 sore dengan jalan yang super terjal.


Haiiiii Pantaaaaaaaiiiii :D






 Hahaha, mencoba menjadi alay


 aku, galuh

 aku, galuh, mida


 kembon si dragon ball


 ojek


 aku, aji


 aku, mida

 aku, kembon


 Pantai Gua Cina :)


Next...
makan di Mie Jogging, Suhat
sayangnya lagi-lagi kembon nggak ikut turun, dia mendekam di mobil karena sakitnya kumat
gara-gara angin berlebih di pantai tadi




Day 3 

Bangun pagiiiiiiiihhhh....


 #ootd
hihihi :D

 entah ini gaya macam apa
semacam senam pagi kepala doang kali yaw

sebelum pulang narsis dulu di jendela rumah kembon yang asik buat foto-foto :))



 next...
taman safari cooy


di saat ngeblur itu menyebalkan --'





That's all
see you in the next vacation
loveyou all guys, terong dan cabe =))
♥♥♥