Sabar...
Kata Rama, kalo sabar bakalan nyenengin
Kata Rama, kalo sabar nanti bakal diajakin
Kata Rama, kalo sabar nanti bakal ketemu
Kata Rama, kalo sabar bakal bahagia
Kata Rama....
Aku bukan tipikal orang yang sabar, berbeda dengan Rama
Aku yang lebih maunya cepat dan seenaknya sendiri
Layaknya sekarang ini, kita yang terpaut jarak dan aku yang selalu ingin dia cepat pulang, cepat menemuiku
Karena aku pikir, aku membutuhkanmu...
Follow Me
28 March 2014
27 March 2014
menyebalkan.
aku menghabiskan dua hari ini untuk menangis.
Pertama untuk kesalahanku akan sesuatu, kedua untuk sesuatu yang melukaiku, ketiga untuk respon yang tak diharapkan.
Sesenggukan hebat sampai sampai paginya aku enggan untuk kuliah dan akhirnya bolos kuliah pagi.
Semua orang memang berpotensi untuk melukai, termasuk juga aku. Namun melukai itu sering dilakukan dengan.....yaaah dengan tidak sengaja.
Hal ini membuatku enggan untuk membuka mata, hati, telinga. Aku membutuhkan sosok lain yang mampu menemaniku di kala kalut layaknya sekarang. Namun orang orang yang kuharapkan semua terhalang oleh kesibukan masing masing, bahkan jarak yang membentang.
Aku enggan bertemu mereka. Tanpa sadarnya, aku merasa terasingkan. Lihat saja saat berjalan kaki, duduk, atau...entah. sebenarnya aku bukan orang yang pandai membaca nonverbal orang lain. Namun aku menggunakan rasa. Rasa yang menurutku tak biasa.
Mencari satu yang pasti itu susahnya bukan main. Dea beruntung sudah menemukan Mbah yang bisa diandalkan dalam segala hal, begitu juga sebaliknya. Aku belum menemukan. Belum. Kapan?
Aku selalu sok mandiri. Sok apa apa bisa aku kerjakan sendiri. Padahal kalau ditelisik lagi, aku nggak bisa. Aku butuh sosok yang lain. Tak perlu kuantitas.
Namun, kualitas.
Pertama untuk kesalahanku akan sesuatu, kedua untuk sesuatu yang melukaiku, ketiga untuk respon yang tak diharapkan.
Sesenggukan hebat sampai sampai paginya aku enggan untuk kuliah dan akhirnya bolos kuliah pagi.
Semua orang memang berpotensi untuk melukai, termasuk juga aku. Namun melukai itu sering dilakukan dengan.....yaaah dengan tidak sengaja.
Hal ini membuatku enggan untuk membuka mata, hati, telinga. Aku membutuhkan sosok lain yang mampu menemaniku di kala kalut layaknya sekarang. Namun orang orang yang kuharapkan semua terhalang oleh kesibukan masing masing, bahkan jarak yang membentang.
Aku enggan bertemu mereka. Tanpa sadarnya, aku merasa terasingkan. Lihat saja saat berjalan kaki, duduk, atau...entah. sebenarnya aku bukan orang yang pandai membaca nonverbal orang lain. Namun aku menggunakan rasa. Rasa yang menurutku tak biasa.
Mencari satu yang pasti itu susahnya bukan main. Dea beruntung sudah menemukan Mbah yang bisa diandalkan dalam segala hal, begitu juga sebaliknya. Aku belum menemukan. Belum. Kapan?
Aku selalu sok mandiri. Sok apa apa bisa aku kerjakan sendiri. Padahal kalau ditelisik lagi, aku nggak bisa. Aku butuh sosok yang lain. Tak perlu kuantitas.
Namun, kualitas.
20 March 2014
kapan pulang?
Kapan pulang?
Hanya kata itu yang muncul apabila mendekati weekend
Alias aku sudah tak mampu menahan rindu
Dan enggan untuk menunggu lebih lama lagi karena ingin cepat bertemu.
Aku rindu
Itu jawaban selanjutnya yang kulayangkan setelah dia menjawabnya.
07 March 2014
good reference
Good reference :
Jeritan Hati Seorang Lelaki - Adhie's Diary
seperti itu ya gambaran laki-laki? :""")))
04 March 2014
Rutinitas Minggu Malam
Aku masih
berdiri dengan tegaknya, tak ada satu halpun yang kupikirkan selain sosok yang
ada di hadapanku saat ini. Lelaki yang beberapa menit yang lalu mematikan mesin
motornya dan melepas helm yang bertengger di kepalanya. Garis rahangnya
terlihat jelas, rambutnya yang hitam bersinar tertimpa cahaya lampu jalan
rumahku, hidungnya yang mancung sempurna tak terelakkan dari tempatku yang tak
henti menatapnya.
Selalu ada jeda
saat kita berdua mulai canggung dan sibuk dengan dialog otak masing-masing. Dia
melirik arloji di tangan kirinya, pukul 21.35. aku tahu apa maksud lirikannya
pada arloji sporty yang melingkar manis menghiasi pergelangan tangannya.
Aku menggamit
lengan kirinya, menyandarkan kepalaku tepat di bahunya. Rengekan kecil mulai
keluar dari bibirku, "Jangan pergi...." aku melepaskan satu-persatu
jari-jemarinya yang menggenggam setang motor, bersiap untuk mengemudikan motor
besar kesayangannya. kugenggam erat telapaknya, kuisi sela-sela jarinya yang
besar dengan jari-jariku yang mungil. Aku tak sanggup melihat wajahnya, menatap
kedua bola matanya yang kuyakin tak tega dengan kelakuanku saat ini. Kupeluk
lengannya erat-erat dengan tangan kiriku. Rintikan air mata siap meluncur
membasahi bahunya.
Dia cukup paham
dengan apa yang harus dilakukannya. Dia membelai rambutku perlahan, mencoba
menenangkan semampu mungkin. Dilepaskannya tanganku yang mencoba mendekapnya
erat-erat. Ditatapnya kedua bola mataku dalam-dalam. “Nanti aku pulang…” Nanti?
Nanti dalam arti berapa detik lagi janji pulang itu akan datang? Aku hanya
terdiam dan mengangguk lemas. Aku percaya dengan apa yang dikatakannya. Ya! Dia
pasti kembali! Kembali untukku.
Dipeluknya aku
dengan segenap hati, dirasakan setiap getaran tubuh yang kita ciptakan seiring
dengan perasaan yang kita berdua tanamkan sejak beberapa bulan yang lalu. Kecupan
hangat di keningku terasa sangat singkat. Begitu singkat sehingga aku tak mampu
mengingat bagaimana lembut bibirnya menyentuh dahiku. Diusapnya air mataku yang
ada di pipi. “Udah yaa, jangan nangis lagi. Aku balik dulu, udah malem..”.
Lagi-lagi aku hanya mampu mengangguk pelan. Sebenarnya aku sama sekali tak
ingin dia pergi meninggalkanku walaupun itu hanya untuk sementara dan akan
kembali, namun di lain sisi aku juga tak ingin dia sampai di kota rantau dengan
rayuan ilmu pengetahuannya itu terlalu larut malam hanya karena memedulikan
rengekanku.
Dinyalakannya
mesin motor yang meraung-raung layaknya rengekanku yang memohon agar dia tetap
tinggal.
“Berangkat dulu
yaaa…”
Aku mengangguk
untuk kesekian kalinya.
“Love you..”
“Loveyou too..”
Hal inilah yang selalu aku dan dia lakukan setiap di penghujung weekend yang menguras tenaga dan mempersiapkan hati untuk saling rindu. Setiap
pertemuan selalu ada akhir. Dimana nantinya dia akan kembali selama waktu
mengijinkannya kembali. Satu hari, dua hari, tiga hari, satu minggu, dua minggu, satu bulan, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Tak ada yang tahu.
01 March 2014
Hi, March!
Selamat Pagi, March!
Apa kabar?
are you ready with everything that will be come?
Goodluck :)))
Subscribe to:
Posts (Atom)